Kenapa harus menyekolahkan anak ke Pesantren?

- Senin, 12 Mei 2025, 11:28 AM
Direktur Pendidikan Diniyyah Al-Azhar Ust H Moch Hafizh El-Yusufi MM

DSantri.ID, Jambi– Banyak pendapat yang setuju dan tidak untuk menyekolahkan anak ke Pesantren. Yang setuju, karena bisa jadi sudah pernah merasakan dan melihat langsung bagaimana berhasilnya pendidikan di Pesantren. Dan yang tidak setuju, bisa jadi belum tega atau tidak mampu berpisah dengan putra putri kesayangannya.

Ayah bunda, sejatinya Anak perlu terlatih dalam membiasakan cara-cara hidup yang terbaik yang tentunya dalam hal ini sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW. Diharapkan dalam menjalani kehidupan dunia bukan hanya sekedar survive namun mampu menjadi pribadi yang sukses bukan hanya sekedar untuk dunianya saja, juga Yg terpenting akhiratnya. Di Pesantren dia akan bertarung dengan egonya, melupakan asyiknya fasilitas serba ada di rumah, makanan enak, apa-apa tinggal minta yang kadang tanpa disadari justru itulah yg melemahkan kemampuan dirinya. Di asrama dia akan belajar untuk bersosialisasi dengan teman teman dari berbagai daerah dan karakter, belajar mengenal masyarakat, ditambah lagi dengan murobbi/ah yang selalu menyirami mereka dengan taujih-taujih serta nasehat penyejuk dan kadang bicara soal aturan dan disiplin diri di asrama. Alhamdulillah, saya dan 3 saudara saya lainnya adalah hasil didikan pesantren.
Di Pesantren mereka terbiasa untuk Memulai kegiatan yang ditandai sejak adzan Shubuh dan tertib dengan jam tidur pada pukul 10 malam. Dari pagi sampai malam beberapa kegiatan dijalankan secara tertib dan teratur serta terjadwal rapih. Bahkan sudah sekalian dengan time schedule yang jelas. Ini menandakan bahwa hidup membutuhkan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Jika pandai mengatur hidup, maka hidup akan menjadi milik kita.

manasik_haji_1.[1]

Di Diniyyah Al-Azhar, kami menerapkan pola pendidikan dengan lebih mementingkan aspek pembinaan daripada sekedar pembelajaran. Maka tak heran, jika asrama merupakan ruang pendidikan utama dilanjutkan setelahnya dalam penguatan aspek intelektual mereka yaitu di Lokal belajar masing-masing. Disetiap asrama juga terdapat Musyrif-Muayrifah (pembimbing asrama) yang menjadi aplikator dalam pelaksanaan program pembinaan melalui metode pembisaan nilai-nilai dan adab islami di Asrama. 5 instrumen penting suksesnya pembinaan asrama berkaitan dengan Ibadah, Disiplin, Bahasa & Intelektual, kebersihan lingkungan dan Aktifitas penunjang/Ekstrakurikuler.
Di asrama mereka diajarkan untuk terbiasa shalat pada waktunya, bahkan ke Masjid sebelum adzan, mengaji, menjaga kebersihan pribadi mulai dari anggota tubuh, pakaian, lemari, ranjang dan lingkungan sekitar. Di asrama juga turut dikembangkan aspek bahasa, kedisiplinan dan ekstrakurikuler seperti Muhadarah, kepemimpinan melalui OSPD (organisasi santri putra Diniyyah Al-Azhar) dan OPPD (organisasi pelajar putri Diniyyah Al-Azhar) dan lain sebagainya.

Di segi keuangan, anak tidak dibiasakan untuk boros bahkan mampu memanej keuangannya sendiri. Orang tua biasanya memberikan Uang satu kali sebulan dan mereka dituntut untuk pandai-pandai mengatur sampai bulan berikutnya diberikan kembali.

Pesantren juga mengajarkan arti berbagi, saling peduli dan tidak mementingkan diri sendiri. Seringkali ada salah satu teman yang dikunjungi oleh orang tuanya dan dibawakan makanan kesukaan, mereka terbiasa untuk berbagi. Begitupun nanti dengan teman yang lain. sosial emosional anak dibangun dengan melahirkan rasa peduli, tanggung jawab, empati, kerjasama, tolong menolong. Bahkan peraturan pun dibuat untuk bagaimana keteraturan menjadi identitas penting dan bekal hidup bermasyarakat.

Dalam ibadah, anak akan dituntun langsung bagaimana membangun hubungan kepada RabbNya. Ibadah yang sesuai tuntunan serta aqidah yang kuat sebagai benteng di perjalanan kehidupan. Tuhan yang ia sembah, Yang tidak ada sesuatu apapun disembah selainNya sekaligus tempat meminta. Inilah poin utama yang dimaksud anak adalah aset utama orang tua. Kelak orang tua telah tiada, anak akan terus mendo’akan orang tua nya dan menjadi kiriman pahala disaat diri tidak lagi di dunia.

Ayah bunda, Memang, awal berpisah itu berat. Tak jarang orang tua pun terlalu cepat mengambil kesimpulan dan keputusan dengan mengambil anaknya kembali dari pesantren. Dengan alasan Tidak tega melihat anak menangis, kesusahan dan lain-lain. Justru orang tua harusnya memiliki yang namanya keTEGAan. Tega bukan bearti menyengsarakan, namun bagaimana mengajarkan mereka berdikari dan survive di setiap keadaan sehingga diharapkan anak menjadi pribadi yang kuat dan tangguh. Karena tugas orang tua yang paling utama adalah bagaimana mempersiapkan putra dan putri kesayangannya disaat tidak bersama mereka. Kelak sebagai orang tua tentunya kita akan dimintakan pertanggungjawaban disisiNya. Maka berikan pendidikan terbaik untuk mereka. Pendidikan yang bukan hanya akan mengantarkan mereka kepada syurgaNya, namun juga orang tuanya. Amiin ya Rabb

Hafizh El Yusufi
Direktur Pendidikan Diniyyah Al-Azhar Indonesia


Tags

Artikel Terkait

X